Religi  

Sejarah Ibadah Qurban, Buah Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Allah Subhanahu Wata’ala

KABARFRESH.COM – Ibadah kurban adalah ibadah yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha, yaitu pada hari tasyrik, tanggal 10-13 Dzulhijjah.

Sejarah ibadah kurban tidak lepas dari peristiwa ujian keimanan Nabi Ibrahim as ketika mendapatkan perintah untuk mengorbankan putra kesayangannya, Nabi Ismail as dengan cara disembelih. Ujian tersebut semata-mata untuk mengetahui apakah cinta dan sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya melebihi rasa cintanya kepada Allah Swt.

Dalam kisah Al-Qur’an diceritakan, bahwa Nabi Ibrahim as bermimpi, Allah memerintahkannya untuk mengorbankan putra satu-satunya dan kesayangannya, Nabi Ismail as untuk menunjukkan bukti ketaatan dan pengabdiannya kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim as mengikuti perintah dalam mimpinya untuk melakukan pengorbanan yaitu menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail as. Demikian Nabi Ismail as. sebagai seorang anak yang taat kepada Allah dan orang tuanya, ia menerima dan bahkan menyuruh ayahnya agar segera melaksanakan perintah Allah tersebut.

Nabi Ibrahim as berpamitan kepada Istrinya (Siti Hajar), begitu pula Nabi Ismail as. Keduanya berjalan meninggalkan rumah menuju suatu tempat penyembelihan yaitu di Mina.

Mina adalah tempat Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah Allah Swt. untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail as. Sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang dalam wujud manusia menggoda Nabi Ibrahim as agar menghentikan niatnya tersebut. Namun, dengan penuh keyakinan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim as tetap melaksanakan perintah itu. Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah untuk mengajak melanggar perintah Allah. Karena itu, Nabi Ibrahim as kemudian mengambil tujuh batu kerikil dan melemparnya ke Iblis. Inilah yang disebut ‘Jumrah Ula’.

Tak berhasil memengaruhi Ibrahim as, Iblis lalu datang membujuk Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim as. Iblis memengaruhi Siti Hajar dengan perhitungan, seorang ibu pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya disembelih. Tapi Siti Hajar menolak dan melempari Iblis dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar ‘Jumrah Wusta’.

Langkah Iblis tidak berhenti di situ. Dia beralih kepada Nabi Ismail as, putra Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, yang dianggapnya masih memiliki keimanan dan ketakwaan yang rapuh. Tapi Nabi Ismail as ternyata juga menunjukkan perlawanan. Ia kukuh memegang keimanannya dan yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah Swt. Nabi Ibrahim as, Siti Hajar, dan Nabi Ismail as lalu bersama-sama melempari Iblis dengan batu kerikil, yang kemudian diabadikan menjadi lemparan ‘Jumrah Aqabah’. Allah Swt. pun memuji upaya Nabi Ibrahim as dan keluarganya karena dianggap berhasil menghadapi ujian.

Upaya Iblis untuk menyesatkan manusia sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:

.قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ.

“Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku”, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, [39] kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.’’ (QS. Al-Hijr [15]:39-40)

Pada saat keduanya telah sampai di tempat penyembelihan (Mina) dan Nabi Ibrahim as bersiap-siap menghunuskan golok/pisaunya, Nabi Ismail as menyuruh ayahnya agar pisaunya diasah terlebih dahulu agar tajam, sehingga tidak terlalu sakit pada saat disembelih.

Ketika Nabi Ibrahim as hendak menghunuskan pisau ke leher putranya seraya membaca takbir, tiba-tiba datanglah sosok malaikat dengan membawa seekor domba jantan. Ia datang atas perintah Allah untuk menggantikan Nabi Ismail as dengan domba tersebut sebagai pengganti sembelihan.

Nabi Islamil as akhirnya selamat dan ayahnya pun riang gembira seraya memuji Allah Swt. Sembari pulang menuju ke rumah, keduanya tak henti-henti melantunkan takbir sebagai bentuk rasa syukur atas kemurahan dan kemahabesaran Allah Swt. Saat keduanya hendak sampai ke rumah, Istrinya pun kaget melihat sosok anaknya yang masih dalam kondisi utuh dan selamat. Ia pun memuji Allah Swt. sebagai rasa syukur.

Peristiwa ini menunjukkan kemuraham dan kemahabesaran Allah swt. atas bukti keimanan, kataataan dan ketaqwaan Nabi Ibrahim as dan Anaknya, Nabi Ismail as karena telah melaksanakan perintah Allah Swt.

Kisah ini pun diabadikan dalam Al-Qur’an Surat As-Shaffaat ayat 102-107:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰىؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ. سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ‏. فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّهٗ لِلۡجَبِيۡنِۚ‏. وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ‏. قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ‏. اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ‏. وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ‏.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimanakah pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyā Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!. Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Amalan kurban terus dilakukan hingga  syariat Nabi Muhammad Saw. sebagai sebuah risalah dan pengingat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Allah Swt. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَۙ

“Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah).”

Kisah ini menjadi ibrah atas kesuksesan pengorbanan, pengabdian dan ujian keimanan para hamba Allah hingga diabadikan dalam Al-Qur’an. Dan ibadah kurban ini menjadi ajaran syariat yang terus diamalkan. Wallahu A’lam.

Writer: Fadhol

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *